OTHER SIDE
"it is different and you must read" everything i know there are in here !
Selasa, 26 Oktober 2010
Sabtu, 26 Juni 2010
Tata Cara Shalat Gerhana
Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal
Shalat gerhana dilakukan sebanyak dua raka’at dan ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun, para ulama berselisih mengenai tata caranya.
Ada yang mengatakan bahwa shalat gerhana dilakukan sebagaimana shalat sunnah biasa, dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada sekali ruku’, dua kali sujud.
Ada juga yang berpendapat bahwa shalat gerhana dilakukan dengan dua raka’at dan setiap raka’at ada dua kali ruku’, dua kali sujud. Pendapat yang terakhir inilah yang lebih kuat sebagaimana yang dipilih oleh mayoritas ulama. (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1/435-437)
Hal ini berdasarkan hadits-hadits tegas yang telah kami sebutkan:
“Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘ASH SHALATU JAMI’AH’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)
“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama.Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Ringkasnya, agar tidak terlalu berpanjang lebar, tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
[4]Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
[6]Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7]Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8]Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9]Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10]Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11]Salam.
[12]Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1/438)
Nasehat Terakhir
Saudaraku, takutlah dengan fenomena alami ini. Sikap yang tepat ketika fenomena gerhana ini adalah takut, khawatir akan terjadi hari kiamat. Bukan kebiasaan orang seperti kebiasaan orang sekarang ini yang hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana dengan membuat album kenangan fenomena tersebut, tanpa mau mengindahkan tuntunan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu. Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ ».
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan shalat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan shalat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim no. 912)
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam takut, khawatir terjadi hari kiamat. Beliau rahimahullah menjelaskan dengan beberapa alasan, di antaranya:
Gerhana tersebut merupakan tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kiamat seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal. Atau mungkin gerhana tersebut merupakan sebagian tanda kiamat. (Lihat Syarh Muslim, 3/322)
Hendaknya seorang mukmin merasa takut kepada Allah, khawatir akan tertimpa adzab-Nya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam saja sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahwa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai Allah. Lalu mengapa kita hanya melewati fenomena semacam ini dengan perasaan biasa saja, mungkin hanya diisi dengan perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia, bahkan mungkin diisi dengan berbuat maksiat. Na’udzu billahi min dzalik.
Jumat, 25 Juni 2010
Launcing Menu baru RO.GO.KU
- Keju : 3000
Selasa, 22 Juni 2010
Amalan di Bulan Rajab
sumber : http://www.eramuslim.com
Keterangan yang muktamad tentang bulan Rajab adalah bahwa bulan itu termasuk bulan-bulan yang dihormati, atau dalam Al-Qur’an disebut sebagai Asyhurul Hurum, yaitu, Muharram Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.
Dalam bulan-bulan tersebut, Allah SWT melarang peperangan dan ini merupakan tradisi yang sudah ada jauh sebelum turunya syariat Islam. Allah Swt berfirman:
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 36)
Dari para ulama kalangan mazhab Asy-Syafi’i, Imam An-Nawawi berkomentar tentang puasa sunnah khusus di bulan Rajab, “Tidak ada keterangan yang tsabit tentang puasa sunnah Rajab, baik berbentuk larangan atau pun kesunnahan.
Namun pada dasarnya melakukan puasa hukumnya sunnah (di luar Ramadhan). Dan diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Sunan bahwa Rasulullah SAW menyunnahkan berpuasa di bulan-bulan haram, sedang bulan Rajab termasuk salah satunya.”
Adapun tentang keutamaan bulan Rajab, kebanyakan ulama mengatakan bahwa dasarnya sangat lemah, bahkan boleh dikatakan tidak ada keterangan yang kuat yang mendasarinya dari sabda Rasulullah SAW.
Sayangnya, entah bagaimana prosesnya, justru sebahagian kaum muslimin berpendapat bahwa bulan Rajab memiliki berbagai keutamaan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu agar mereka dapat meraih fadhilah atau keutamaan tersebut.
Di antara contoh-contoh amalan-amalan yang sering dipercaya umat Islam untuk dilakukan pada bulan Rajab adalah:
- Mengadakan shalat khusus pada malam pertama bulan Rojab.
- Mengadakan shalat khusus pada malam Jum’at minggu pertama bulan.
- Shalat khusus pada malam Nisfu Rajab (pertengahan atau tanggal 15 Rajab).
- Shalat khusus pada malam 27 Rajab (malam Isra’ dan Mi’raj).
- Puasa khusus pada tanggal 1 Rajab.
- Puasa khusus hari Kamis minggu pertama bulan Rajab.
- Puasa khusus pada hari Nisfu Rajab.
- Puasa khusus pada tanggal 27 Rajab.
- Puasa pada awal, pertengahan dan akhir bulan Rajab.
- Berpuasa khusus sekurang-kurang-nya sehari pada bulan Rajab.
- Mengeluarkan zakat khusus pada bulan Rajab.
- Umrah khusus di bulan Rajab.
- Memperbanyakkan Istighfar khusus pada bulan Rajab.
Akan tetapi, semua pendapat tersebut tidak dapat dipegang, karena kalau kita jujur terhadap sumber-sumber asli agama ini, nyaris tidak satu pun amalan-amalan di atas yang berdasarkan kepada hadis-hadis yang shahih.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Ra. dijelaskan bahwa Rasulullah SAW apabila memasuki bulan Rajab beliau senantiasa berdo’a:
“Allahumma Baarik Lanaa Fii Rajab Wa Sya’baan Wa Ballighnaa Romadhan” (Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada kami barokah di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan) (HR Ahmad dan Bazzar).
Sayangnya hadis ini menurut Ibnu Hajar tidak kuat. Sedangkan hadis-hadis yang lainnya yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan bulan Rajab, tak ada satu pun hadis yang dapat dijadikan hujjah. Misalnya hadits yang bunyinya:
“Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban adalah bulanku (Rasulullah SAW ) dan Ramadhan adalah bulan ummatku”
Hadits ini oleh para muhaddits disebutkan sebagai hadits palsu dan munkar. Dr. Yusuf Al-Qaradawi menyebutkan bahwa para muhadditsin telah mengatakan kemungkaran dan kepalsuan hadits ini dalam fatwa kontemporer beliau.
Dalam kitab Iqthidha Shiratil Mustaqim, Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak ada satu keterangan pun dari Nabi SAW berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab, bahkan keumuman hadis yang berkaitan dengan hal tersebut merupakan hadis-hadis palsu.” (Iqthidha Shirathil Mustaqim, 2/624)
Ibnu Hajar Al-Asqalani secara khusus telah menulis masalah kedha’ifan dan kemaudhu’an hadits-hadits tentang amalan-amalan di bulan Rajab. Beliau menamakannya: Taudhihul Ajab bi maa Warada fi Fadhli Rajab.“ Di dalamnya beliau menulis, “Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab, tidak juga berkaitan dengan shaumnya, atau pun berkaitan dengan shalat malam yang dikhususkan pada bulan tersebut. Yang merupakan hadis shahih yang dapat dijadikan hujjah.”
Dengan demikian, sebenarnya tidak ada satu keterangan pun yang dapat dijadikan hujjah yang menunjukkan tentang keutamaan bulan Rajab. Baik itu berkaitan tentang keutamaan shaum di bulan tersebut, shalat pada malam-malam tertentu atau ibadah-ibadah yang lainnya yang khusus di lakukan pada bulan Rajab.
Wallahu a’lam bishshawab
Minggu, 20 Juni 2010
karya indah photoshop..
vjpotter_status.
Jumat, 18 Juni 2010
Makna Mahar Bagi Seorang Wanita
Dari Aisyah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya“. (HR Ahmad 6/145)
Anggaplah Anda sebagai pemeran utama di kisah berikut ini:
Rumah Anda kedatangan tamu yang datang dari jauh. Tamu itu adalah teman lama Anda dimasa kecil dan dia adalah tamu yang sangat istimewa buat Anda. Disaat asyik-asyiknya mengobrol dengan Anda, tiba-tiba saja dia mengeluarkan benda unik dari saku kantongnya. Dia mengeluarkan HP limited edition tipe terbaru.
Kemudian Anda bertanya, “Wah, keren tuh HP. Berapa harganya?”.
“Sangat mahal“, jawab tamu istimewa Anda.
Berapa bayangan dalam pikiran Anda setelah mendengar kata “Sangat Mahal“? Tentu tanpa batas bukan?
Oke lanjut lagi..
Kemudian tamu istimewa Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”. Kemudian tamu itupun berpamitan untuk pulang, kembali ke negeri asalnya.
Anda pastinya akan sangat gugup mendengar ucapan dari teman Anda itu. Terbayang dalam pikiran Anda, “andaikata benda ini rusak, bagaimana?”. Pastinya Anda akan merasa sangat bersalah dengan teman Anda.
Dan hari yang ditakuti itupun tiba. HP titipan pemberian teman Anda tiba-tiba saja rusak, layarnya error! Anda kalang kabut, kebingungan setengah mati. Kesana-kemari mencari tempat servis terbaik berharap supaya HP milik teman Anda normal seperti sedia kala. Bahkan Anda rela mengeluarkan uang ratusan juta sampai milyaran rupiah sekedar untuk memperbaiki HP yang rusak tersebut. Anda sangat BERTANGGUNG JAWAB atas benda yang dititipkan teman Anda. Anda tidak ingin mengecewakan teman Anda. Segala hal Anda lakukan, yang TERBAIK yang bisa Anda lakukan tanpa memikirkan betapa lelahnya Anda.
Catatan: Kisah ini terinspirasi dari pengalaman saya pribadi. Dan saya sadar bahwa kisah ini adalah pendidikan terbaik untuk mengenal makna dari MAHAR.
Anggaplah HP sebagai wanita, tamu istimewa sebagai ayah dari si wanita dan Anda sebagai diri Anda sendiri atau pemilik rumah.
Sang ayah si gadis yang bertahun-tahun mendidik anaknya dengan perasaan ikhlas datang kerumah Anda dan berkata:
“Baik, saya sudah ikhlaskan kamu menikah dengan anak saya”.
Kemudian Anda bertanya, “Berapa harga anak bapak”. (Ini adalah contoh kalimat perumpamaan untuk menanyakan MAHAR)
Si bapak berkata, “Sangat mahal!“
(Semua orang tua pasti akan berkata demikian, sebab tiada satupun orang tua yang akan merendahkan nilai anaknya dimata orang lain. Namun yang membedakan adalah apakah orang tua tersebut menyebutkan jumlahnya ataukah tidak)
Bisa Anda bayangkan berapa banyak bayangan uang yang ada dibenak Anda setelah mendengar kata “Mahal?“, tentu tanpa batas bukan?
Tapi, orang tua si gadis tidak mengatakan dengan pasti berapa jumlah MAHAR yang dinginkannya. Dia telah merelakan anaknya dinikahi Anda “TANPA MAHAR” atau mahar se-ikhlasnya dari Anda.
Kemudian ayah si gadis berpesan, “Kutitipkan anakku kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi anakku. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.
Bisa membayangkan bukan, betapa besarnya TANGGUNG JAWAB Anda?
HP yang rusak saja Anda rela mengeluarkan uang milyaran sekedar untuk memperbaikinya. Lantas bagaimana jika Istri Anda sakit? Bukankah Anda harus lebih bertanggung jawab lebih dari sekedar merawat Handphone?
Namun kebanyakan dari MANUSIA didunia ini justru salah kaprah memaknai arti dari “MAHAR”. Mereka berlomba-lomba menetapkan batasan mahar yang tinggi untuk anak gadisnya (yaitu mahar yang terlihat nominal jumlah dan ukurannya). Bahkan banyak juga yang menuntut profesi seperti dokter, pegawai, pilot, pengacara, anak orang kaya dan sebagainya.
Pilihan seperti itu sebenarnya bukan menaikkan harga diri dari seorang anak, tapi justru hanya akan merendahkan martabat dan harga diri anaknya. Kenapa saya berkata demikian? Karena MAHAR yang dibatasi hanyalah suatu etika perdagangan belaka. Ketika barang yang dibeli terbayarkan, selesailah sudah. Lantas apalagi yang akan diberikan sesudah itu?
Berikut contoh kisah sederhana perihal MAHAR yang ditentukan nominal dan ukurannya, yang mungkin pernah Anda alami.
Disuatu waktu datang seseorang teman Anda kerumah Anda. Dia menawarkan HP limited edition tipe terbaru. Dan kemudian Anda bertanya, “berapa harganya?”.
Teman Anda menjawab, “Mahal?”
Bayangan Anda pasti tidak akan bisa menentukan mahalnya harga dari HP tersebut.
Tapi kemudian teman Anda melanjutkan, “harganya 100 juta, mau beli?”.
Dalam seketika, jatuhlah predikat mahal dimata Anda. Berhubung Anda sangat kaya, dengan mudah Anda beli HP tersebut.
Dan disaat teman Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.
Tapi dalam benak Anda berkata seperti ini, “Ah, ngapain diambil pusing, KHAN SAYA SUDAH BAYAR MAHAL. Terserah saya dunk mau diapain benda ini!”
Selanjutnya mungkin Anda akan memamerkannya keteman dan kerabat kalau Anda memiliki HP yang sangat MAHAL! Tapi Anda sama sekali TIDAK BERTANGGUNG JAWAB atas HP tersebut. Anda tidak merawatnya, bersikap masa bodo dan bahkan ketika HP tersebut tidak bermanfaat lagi, Anda mencari PENGGANTI BARU yang lebih mahal dan efisien.
Bukankah itu menyakitkan?
Dari Anas bahwa Aba Tholhah meminang Ummu Sulaim lalu Ummu Sulaim berkata,” Demi Allah, lelaki sepertimu tidak mungkin ditolak lamarannya, sayangnya kamu kafir sedangkan saya muslimah. Tidak halal bagiku untuk menikah denganmu. Tapi kalau kamu masuk Islam, keislamanmu bisa menjadi mahar untukku. Aku tidak akan menuntut lainnya”. Maka jadilah keislaman Abu Tholhah sebagai mahar dalam pernikahannya itu. (HR Nasa’ih 6/ 114).
Cinta sejati tidak memikirkan berapa banyak yang bisa didapatkan atau diberikan, karena cinta sejati selalu didasari dengan perasaan ikhlas. Bahkan terkadang, orang yang tulus mencintai selalu lupa dengan segala hal yang telah diberikan demi sebuah senyuman dan kebahagiaan orang yang dicintainya. [by azzaam]
Makna Mahar Bagi Seorang Wanita
Dari Aisyah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya“. (HR Ahmad 6/145)
Anggaplah Anda sebagai pemeran utama di kisah berikut ini:
Rumah Anda kedatangan tamu yang datang dari jauh. Tamu itu adalah teman lama Anda dimasa kecil dan dia adalah tamu yang sangat istimewa buat Anda. Disaat asyik-asyiknya mengobrol dengan Anda, tiba-tiba saja dia mengeluarkan benda unik dari saku kantongnya. Dia mengeluarkan HP limited edition tipe terbaru.
Kemudian Anda bertanya, “Wah, keren tuh HP. Berapa harganya?”.
“Sangat mahal“, jawab tamu istimewa Anda.
Berapa bayangan dalam pikiran Anda setelah mendengar kata “Sangat Mahal“? Tentu tanpa batas bukan?
Oke lanjut lagi..
Kemudian tamu istimewa Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”. Kemudian tamu itupun berpamitan untuk pulang, kembali ke negeri asalnya.
Anda pastinya akan sangat gugup mendengar ucapan dari teman Anda itu. Terbayang dalam pikiran Anda, “andaikata benda ini rusak, bagaimana?”. Pastinya Anda akan merasa sangat bersalah dengan teman Anda.
Dan hari yang ditakuti itupun tiba. HP titipan pemberian teman Anda tiba-tiba saja rusak, layarnya error! Anda kalang kabut, kebingungan setengah mati. Kesana-kemari mencari tempat servis terbaik berharap supaya HP milik teman Anda normal seperti sedia kala. Bahkan Anda rela mengeluarkan uang ratusan juta sampai milyaran rupiah sekedar untuk memperbaiki HP yang rusak tersebut. Anda sangat BERTANGGUNG JAWAB atas benda yang dititipkan teman Anda. Anda tidak ingin mengecewakan teman Anda. Segala hal Anda lakukan, yang TERBAIK yang bisa Anda lakukan tanpa memikirkan betapa lelahnya Anda.
Catatan: Kisah ini terinspirasi dari pengalaman saya pribadi. Dan saya sadar bahwa kisah ini adalah pendidikan terbaik untuk mengenal makna dari MAHAR.
Anggaplah HP sebagai wanita, tamu istimewa sebagai ayah dari si wanita dan Anda sebagai diri Anda sendiri atau pemilik rumah.
Sang ayah si gadis yang bertahun-tahun mendidik anaknya dengan perasaan ikhlas datang kerumah Anda dan berkata:
“Baik, saya sudah ikhlaskan kamu menikah dengan anak saya”.
Kemudian Anda bertanya, “Berapa harga anak bapak”. (Ini adalah contoh kalimat perumpamaan untuk menanyakan MAHAR)
Si bapak berkata, “Sangat mahal!“
(Semua orang tua pasti akan berkata demikian, sebab tiada satupun orang tua yang akan merendahkan nilai anaknya dimata orang lain. Namun yang membedakan adalah apakah orang tua tersebut menyebutkan jumlahnya ataukah tidak)
Bisa Anda bayangkan berapa banyak bayangan uang yang ada dibenak Anda setelah mendengar kata “Mahal?“, tentu tanpa batas bukan?
Tapi, orang tua si gadis tidak mengatakan dengan pasti berapa jumlah MAHAR yang dinginkannya. Dia telah merelakan anaknya dinikahi Anda “TANPA MAHAR” atau mahar se-ikhlasnya dari Anda.
Kemudian ayah si gadis berpesan, “Kutitipkan anakku kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi anakku. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.
Bisa membayangkan bukan, betapa besarnya TANGGUNG JAWAB Anda?
HP yang rusak saja Anda rela mengeluarkan uang milyaran sekedar untuk memperbaikinya. Lantas bagaimana jika Istri Anda sakit? Bukankah Anda harus lebih bertanggung jawab lebih dari sekedar merawat Handphone?
Namun kebanyakan dari MANUSIA didunia ini justru salah kaprah memaknai arti dari “MAHAR”. Mereka berlomba-lomba menetapkan batasan mahar yang tinggi untuk anak gadisnya (yaitu mahar yang terlihat nominal jumlah dan ukurannya). Bahkan banyak juga yang menuntut profesi seperti dokter, pegawai, pilot, pengacara, anak orang kaya dan sebagainya.
Pilihan seperti itu sebenarnya bukan menaikkan harga diri dari seorang anak, tapi justru hanya akan merendahkan martabat dan harga diri anaknya. Kenapa saya berkata demikian? Karena MAHAR yang dibatasi hanyalah suatu etika perdagangan belaka. Ketika barang yang dibeli terbayarkan, selesailah sudah. Lantas apalagi yang akan diberikan sesudah itu?
Berikut contoh kisah sederhana perihal MAHAR yang ditentukan nominal dan ukurannya, yang mungkin pernah Anda alami.
Disuatu waktu datang seseorang teman Anda kerumah Anda. Dia menawarkan HP limited edition tipe terbaru. Dan kemudian Anda bertanya, “berapa harganya?”.
Teman Anda menjawab, “Mahal?”
Bayangan Anda pasti tidak akan bisa menentukan mahalnya harga dari HP tersebut.
Tapi kemudian teman Anda melanjutkan, “harganya 100 juta, mau beli?”.
Dalam seketika, jatuhlah predikat mahal dimata Anda. Berhubung Anda sangat kaya, dengan mudah Anda beli HP tersebut.
Dan disaat teman Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.
Tapi dalam benak Anda berkata seperti ini, “Ah, ngapain diambil pusing, KHAN SAYA SUDAH BAYAR MAHAL. Terserah saya dunk mau diapain benda ini!”
Selanjutnya mungkin Anda akan memamerkannya keteman dan kerabat kalau Anda memiliki HP yang sangat MAHAL! Tapi Anda sama sekali TIDAK BERTANGGUNG JAWAB atas HP tersebut. Anda tidak merawatnya, bersikap masa bodo dan bahkan ketika HP tersebut tidak bermanfaat lagi, Anda mencari PENGGANTI BARU yang lebih mahal dan efisien.
Bukankah itu menyakitkan?
Dari Anas bahwa Aba Tholhah meminang Ummu Sulaim lalu Ummu Sulaim berkata,” Demi Allah, lelaki sepertimu tidak mungkin ditolak lamarannya, sayangnya kamu kafir sedangkan saya muslimah. Tidak halal bagiku untuk menikah denganmu. Tapi kalau kamu masuk Islam, keislamanmu bisa menjadi mahar untukku. Aku tidak akan menuntut lainnya”. Maka jadilah keislaman Abu Tholhah sebagai mahar dalam pernikahannya itu. (HR Nasa’ih 6/ 114).
Cinta sejati tidak memikirkan berapa banyak yang bisa didapatkan atau diberikan, karena cinta sejati selalu didasari dengan perasaan ikhlas. Bahkan terkadang, orang yang tulus mencintai selalu lupa dengan segala hal yang telah diberikan demi sebuah senyuman dan kebahagiaan orang yang dicintainya. [by azzaam]